Gunung Sadahurip

NegeriBocahBerita tentang adanya peninggalan bersejarah yang menyerupai bangunan piramida di Gunung Sadahurip, Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sempat menjadi heboh beberapa waktu lalu. Sejumlah tim peneliti dikabarkan masyarakat setempat pernah melakukan penelitian di Gunung Sadahurip dan menyatakan ada bangunan piramid yang terkubur di gunung tersebut.

Kini berdasarkan laporan tim ahli geologi dan arkeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin ahli geologi ITB, Sujatmiko yang datang dan melakukan penelitian menyatakan bahwa bangunan yang menyerupai piramida ternyata tidak dapat dibuktikan keberadaannya. Gunung Sadahurip yang membentuk mengerucut seperti piramida terjadi karena proses pembentukan alam.“Bentuk menyerupai piramida itu terbentuk secara alami, jadi tidak bisa dikatakan kalau di dalam Gunung Sadahurip memendam piramida peninggalan sejarah,” kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Garut, Warjita , Rabu (1/2/2012).

Penilaian tim dari ITB menyayangkan langkah penelitian oleh tim sebelumnya yang menyalahi aturan. Tim peneliti dari ITB, kata Warjita, menilai tim peneliti Gunung Sadahurip sebelumnya langsung melakukan pendeteksian pada lapisan tanah, tidak terlebih dahulu menempuh jalur historis dan tanda-tanda peninggalan sejarah sekitar gunung. Apalagi dikaji dari sejarah di Indonesia, kata Warjita, tidak pernah mengenal adanya peradaban pembuatan piramida, kecuali mengenal dengan adanya punden berundak dan candi.

“Langkah penelitian tim dari pusat pun sudah menyalahi prosedur penggalian benda-benda bersejarah. Dilihat historis di Indonesia tak pernah mengenal peradaban pembuatan piramida,” katanya.

Hal ini sejalan dengan penilaian Arkeolog Dr Bambang Sulistyanto yang menyatakan bahwa kemungkinan temuan piramida di Gunung Sadahurip, Kabupaten Garut, dari aspek arkeologi tidak masuk akal karena Indonesia tidak mengenal kebudayaan piramida.

Menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional tersebut, di Jakarta, Minggu (18/12/2011), piramida merupakan kebudayaan Mesir dari abad Sebelum Masehi, sedangkan kebudayaan Indonesia kuno bukanlah piramida, melainkan punden berundak pada masa prasejarah dan candi pada era klasik atau periode Hindu-Buddha.

“Lebih dari seperempat abad saya belajar arkeologi, baru kali ini saya mendengar adanya dugaan piramida di Indonesia. Kebudayaan Indonesia kuno itu tidak mengenal piramida, tetapi sangat akrab dengan bangunan suci bernama punden berundak atau candi,” katanya.

Bambang berkomentar, di lereng barat Gunung Lawu memang ada bangunan suci yang bentuknya mirip piramida yang terpancung atapnya, namanya Candi Sukuh, yang dibangun sekitar abad ke-15 Masehi. Namun, Candi Sukuh sangat berbeda baik fungsi maupun maknanya dengan piramida di Mesir.

Menurut dia, seharusnya Indonesia bangga mempunyai Candi Borobudur dan Prambanan yang berasal dari abad ke-9 Masehi yang tak kalah tingginya dengan peradaban piramida.