Ayo berbagi cerita seputar Tahun Baru Imlek. Syaratnya mudah saja, yaitu :

  • NO SARA
  • Bebas tapi Sopan
  • Mengandung semangat kekeluargaan, persatuan dan kesatuan.

Tuliskan cerita Imlek di blog anda dengan memberi tautan ke postingan ini (GONG XI FA CAI – Happy Chinese New Year ‘Imlek’ 2563) dan menampilkan gambar berikut ini …
(https://negeribocah.files.wordpress.com/2012/01/gongxi-fa-cai-imlek.jpg )


Ukuran : 300×300 px
23 JANUARI 2012 (tanggalan internasional) ini, saudara2 kita akan memperingati Tahun Baru Imlek 2563 yang jatuh pada shio Naga Air.  Shio ini melambangkan kekuatan, kebaikan, keberanian, pendirian teguh.

Naga adalah lambang kewaspadaan dan keamanan dari semua makhluk mitologi China, dan makhluk tertinggi yang menjadi raja semua hewan di alam semesta. Sehingga dimitoskan menjadi mahluk sakral dalam agama Konghucu, atau sebagai simbol binatang yang paling kuat. Karena itu naga selalu ada di setiap tiang vihara, terutama pada tiang tempat sembahyang Dewa Langit.

Penanggalan China/Tionghoa terbagi menjadi 12 shio, Tikus-Harimau-Naga- uda-Monyet-Anjing-Kerbau-Ular-Kambing-Ayam-Kelincidan Babi. Hewan yang terdapat pada shio ini dilambangkan sifatnya. Kemudian terbagi lagi menjadi 5 unsur, logam, kayu,air, api dan tanah. Pertemuan pada shio dan unsur yang sama bisa terjadi 60 tahun kemudian.

Setiap pergantian shio itu disebut Tahun Imlek (Cia Gwee Che It) jatuh pada tanggal satu bulan pertama. atau tahun lunar, tahun yang dihitung berdasarkan peredaran bulan, dan dikombinasikan dengan peredaran matahari dan pergantian dari musim dingin ke musim semi.

Sehingga tidak aneh jika penanggalan Imlek banyak digunakan para nelayan dan petani. Kalender Imlek juga disebut Nungli atau kalender untuk petani karena Imlek selalu jatuh pada musim tanam atau ketika curah hujan tinggi dan tanah siap digarap. Pergantian ini disambut dengan perayaan. Sedangkan di Indonesia, pada pergantian tahun ini (Imlek). Disambut dengan memberi selamat satu sama lain Gongxi Fatcai. ”Selamat dan semoga banyak rejeki.”

Mitos
Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”.[1][2]

Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

Tahun Baru Imlek di Indonesia

Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

(dari berbagai sumber & wikipedia)