Postingan ini terinspirasi karena mengikuti diskusi ngalor-ngidul yang membahas peranan pemerintah dalam dunia kesenian dan kebudayaan. Pesertanya bermacam orang dari berbagai jenis profesi. Jumlahnya buanyak  tapi yang berkenan urun rembug Cuma beberapa orang saja.

Karena ngalor-ngidul maka ya bebas saja.  Sampai pada suatu ketika obrolan ini menyangkut tentang nilai seorang seniman.

Kata si A : Saya seorang seniman. Nah, saya bebas mengutarakan apa dan bagimana pendapat saya. Kalau ada yang tersinggung ya itu urusan dia kenapa bisa tersinggung, berarti dia yang perilakunya tidak benar. Dia yang harus mawas diri, bukan saya yang harus berpikir ulang dan menarik apa yang yang telah saya omongkan. Saya bebas, tetapi saya pantang untuk menjilat ludah sendiri.

Kata si B : Ahh, ya jangan gitu. Kita tidak boleh menyinggung pemerintah karena jujur saja, diakui atau tidak, sebagian kita masih ada yang mengemis dana pada pemerintah untuk menampilkan karya. Seniman juga perlu makan. Dan pemerintah termasuk pihak yang bisa memberi uang untuk beli makan. Ya kita wajib bersikap baik pada pemerintah.

Kata si C : Itu seniman atau pengemis ya? Seniman ya berusaha untuk menjual karyanya, bukan Cuma bisa membuat saja. Seniman harus bisa menjadi seorang kreator sekaligus seorang sales marketing alias bakul. Kalau seniman sudah tunduk pada seseorang artinya dirinya sudah tidak bebas lagi. Memalukan saja!

Kata si A : Betul. Seniman harus berani dan lantang menyuarakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Soal rejeki itu sudah ada yang ngatur. Bekerja saja, mencipta dan menjual hasil ciptaannya.

Kata si B : Wah, saya tidak ikut. Saya masih butuh pemerintah untuk eksistensi karya seni dan kebudayaan saya. Maaf.

Kata si C : Maaf kalau saya katakan bahwa kamu itu abdi alias pesuruh alias jongos. Maaf ya. Kamu belum menjadi manusia bebas.

Kata si B : Hei! Seniman tidak boleh saling usil. Ini hidup saya yang artinya ya saya sendiri yang berhak menentukan! Kalian hanya omong kosong.

Tiba-tiba ada pendatang baru masuk dalam diskusi.
Kata si D : Sabar … sabar. Coba ubah sudut pandang kebahagiaan, bergaul dgn baik, berdoa dgn baik, berkarya dgn baik, bekerja dgn baik, menyejahterakan keluarga dgn baik, bercinta dgn baik, makan dan e’ek dgn baik. Maka rejeki dan karya akan selalu bersinergis. Termasuk juga dengan pemerintah.

Apakah Anda Seorang Seniman?
Menurut anda, diantara komentar di atas, mana yang lebih layak?
Saya mengatakan layak, bukan antara benar dan salah, karena penilaian benar dan salah itu sangat relatif.