Anda pernah makan kwaci? Suka? Apa alasannya?

Pagi ini, juniorku asyik menikmati kwaci biji bunga matahari sambil nonton film kartung avatar. Saya menyebutnya ‘menikmati’ bukan ‘makan’ karena bagi saya, kwaci tidak mengenyangkan. Kwaci hanya cemilan iseng.

Saya ingat, doeloe saya juga sering asyik dengan kwaci. Bentuknya yang kecil mungil memerlukan perjuangan tersendiri. Kata orang, inilah seni nya. Kalau sekarang, saya malas berjuang melawan kwaci. Keasyikan kwaci sudah tidak asyik lagi. Apakah ini berarti ada ‘rasa’ yang bergeser? Kenapa?